Selasa, 15 Agustus 2017

# home

Rumah

Rumah adalah sebuah tempat peristirahatan, tempat kita pulang dari capeknya rutinitas pekerjaan setiap harinya. Masih ingat pelajaran zaman SD dulu, bahwa kebutuhan primer manusia untuk hidup ada tiga macam yaitu pangan, sandang, dan papan. Pangan : kita harus makan supaya tetep punya tenaga untuk beraktifitas. Sandang : kita harus memakai baju yang layak supaya kehangatan tubuh kita tetap terjaga, selain itu demi norma yang harus kita patuhi dalam bermasyarakat. Papan : kita harus tinggal di dalam rumah untuk berlindung dari panas, hujan, badai atau tindakan kriminalitas yang tidak diinginkan.

Nah pada kebutuhan primer nomer tiga ini sering terjadi polemik atau pro kontra. Biasanya polemik ini sering terjadi antara pasangan suami istri dengan orang tuanya. Berdasarkan pengamatan saya, banyak sekali para orang tua yang mendesak anaknya untuk segera membeli rumah setelah menikah, karena harga rumah yang semakin lama semakin tinggi menjulang. Tapi Pak, Buk, tolong maklumilah si anak, hasil tabungan jerih payah mereka selama bekerja saat masih single sudah kembali ke fitri lagi lho, alias kembali ke enol karena untuk mewujudkan pesta pernikahan yang sama-sama kalian idamkan.

Nah karena emang kondisi si anak yang belum punya rezeki buat beli rumah, akhirnya si anak memilih untuk mengontrak rumah. Para orang tuapun menyetujuinya. Sekian. Apakah case closed? Tidak dong.

Biaya sewa kontrakan pun dari tahun ke tahun semakin meningkat, plus tabungan si anak untuk DP rumah kok rasanya gak ngumpul-ngumpul. Belum lagi si kecil hasil pernikahan udah mulai lahir di dunia. Rasanya tidak tega saat mengantar si kecil ke dokter atau saat ada keharusan keluar rumah harus berpanas-panas dan berhujan-hujan dengan menggunakan motor. Rasanya pengen membeli mobil supaya si kecil nyaman dalam berkendara. Dengan adanya mobil, biaya mudik ke kampung halaman pun bisa dipangkas. Dengan adanya mobil, tak perlu menyewa taksi saat keluarga besar datang untuk berjalan-jalan. Impian untuk segera membeli rumah pun dikalahkan oleh impian untuk membeli kendaraan roda empat. 


Mendengar harga sewa kontrak rumah yang semakin lama semakin naik, desakan untuk membeli rumah pun lagi-lagi dialami si anak. Keep calm Pak, Buk. Prioritas si anak sudah berubah semenjak adanya bayi, tolong maklumi. Si anak memilih untuk membeli kendaraan roda empat dulu supaya si kecil nyaman dalam berkendara, jadi tabungan pun sudah kembali ke fitri lagi. Mari kembali menabung dari enol untuk membeli rumah, sesuatu yang kalian sering desakkan kepada si anak.

Si anak sedang berproses dalam menabung Pak, Buk. Tolong jangan lihat si anak dengan sebelah mata saat si anak meluangkan waktu untuk rekreasi dan menginap di hotel bersama keluarganya. Tolong jangan ragukan niat menabung si anak hanya karena kalian tau si anak dan keluarganya sering berjalan-jalan ke mall saat weekend tiba. 

Pak, Buk, si anak hanya ingin menikmati hidupnya setelah capek dengan rutinitas pekerjaan. Rekreasi dan sesi menginap di hotel pun tak dilakukan setiap minggu kan. Hal tersebut memiliki anggaran tersendiri yang sudah si anak kumpulkan supaya mereka sekeluarga tetep waras dalam menjalani hidup. Kenapa waras? Ya karena dengan waras, si anak dapat bekerja dengan lebih baik sehingga dapat mengumpulkan pundi-pundi rupiah, lalu bisa menabung untuk membeli rumah, sesuatu yang sering kalian desakkan kepada si anak.

Tentang jalan-jalan ke mall itu..ah sudahlah, si anak cuma ingin berjalan-jalan saja, menyenangkan keluarganya. Daripada berjalan-jalan ke pantai atau ke tempat wisata yang tiket masuknya berbayar, tentunya wisata mall ini merupakan pilihan bijak. Si anak cukup membayar parkir saja Pak, Buk. Tenang, si anak juga bukan orang yang suka barang-barang branded, jadi jangan khawatir saat mereka berjalan-jalan di mall. Sebenarnya godaan yang menggiurkan selama ini cuma makanan di mall. Si anak sedang mencari solusinya, sebelum ke mall mereka mengusahakan untuk makan berat dulu Pak, Buk.. :)

Melihat proses menabung si anak yang tak kunjung menemui titik hasil, ada kalanya para orang tua menawarkan bantuan. Bisa jadi kalau orang tuanya kaya raya, soal rumah ini bukan merupakan masalah besar. "Ini nak, rumah di perum xx buat kamu ya", "yang di perum yy buat adekmu". Wow, betapa beruntungnya. Tapi rasanya tetap beda kalau kita memiliki sesuatu bukan dari hasil jerih payah sendiri.

Bantuan pun tak datang hanya dari orang tua yang kaya. Walaupun keadaan orang tua pas-pasan, mereka tetep menawarkan uang tabungannya untuk tambahan biaya beli rumah anaknya. Hmmm.. Please Pak, Buk, si anak sudah tidak ingin merepotkan kalian lagi. Tolong pahamilah itu. Kalian sudah capek-capek menyekolahkan si anak mulai dari TK sampai ke jenjang sarjana, tentunya jika ditotal nomimalnya pun tidak terkira. Nah, sekarang nikmatilah uang tabungan kalian dengan suatu hal yang kalian suka dan butuhkan..hohohoho.. Biarlah si anak mencoba untuk mandiri demi mendapatkan rumah, sesuatu yang sering kalian desakkan kepada si anak.

Si anak hanya butuh doa Pak, Buk. Doakan semoga semua yang si anak rencanakan ini lancar dan sukses. Doakan segera supaya rumah impian si anak segera terealisasi. Semoga rumah yang si anak tinggali memberikan berkah dan kehidupan si anak selalu dalam ridho Allah. Tak usah sering menanyakan apalagi mendesak dalam hal rumah merumah ini. Cukup nikmati prosesnya. Karena hasil tidak akan mengkhianati proses. Doakan kami ya Pak, Buk, untuk segera memiliki hal itu.. sebuah rumah..

Baca : Alhamdulillah Pindahan Rumah
 

Sumber gambar :
Kartun : https://cdn.pixabay.com/photo/2012/04/02/15/29/building-24773_1280.png

Tidak ada komentar:

Posting Komentar